RSS

Rencana Program Hamil dan Umroh


Semenjak program hamil yang pertama, saya dan suami sering bergoogling ria mencari informasi, referensi tentang perjuangan dari pasangan-pasangan hebat yang ikut program hamil demi mendapatkan si buah hati. Banyak sekali kisah sukses yang membahagiakan tentang perjuangan mereka, tapi tidak sedikit juga yang sudah bertahun-tahun berjuang dan masih harus terus berjuang……Saya jadi tahu bahwa perjuangan kami masih jauh jika dibandingkan dengan kisah-kisah mereka. Perjuangan itu harus mempersiapkan waktu dan tenaga untuk bolak balik konsultasi yang ngantriinya berjam-jam, uang yang tidak sedikit bahkan sampai ratusan juta rupiah, dan yang paling penting adalah kelapangan jiwa, mental dan pikiran yang harus ikhlas untuk menerima hasil apapun. Saya bisa sampai meneteskan air mata ketika membaca kisah yang sangat mengharukan tentang perjuangan mereka.



Dari kisah yang paling mengharukan yang pernah saya baca adalah ketika sel telur dan spermanya sudah diambil, tetapi kedua sel tersebut tidak mau saling menyatu sehingga tidak memungkinkan untuk terjadinya proses pembuahan dan perjuangan mereka terhenti sampai disitu :'( :'( :'(. Padahal ketika pembuahan itu terjadi, proses yang harus dilalui masih panjang….dari pembuahan itu akan dinilai berapa sel yang berhasil menjadi embrio dan sehat. Kemudian embrio itu dimasukkan ke dalam rahimnya si istri dan harus menunggu sekitar 1-2 minggu, apakah embiro tersebut berhasil menempel dirahimnya atau tidak. Jika embrio berhasil menempel dirahimnya, berarti kehamilan itu terjadi tapi jika sebaliknya berarti proses bayi tabung itu gagal. Setelah melalui beberapa proses dan pemeriksaan intens dengan beberapa dokter, kemungkinan besar secara ilmu kedokteran salah satu cara yang dapat kami lakukan untuk mendapatkan si buah hati adalah dengan program bayi tabung. Program yang biayanya hingga ratusan juta rupiah, tapi hasilnya tidak dapat dipastikan berhasil!! bahkan beberapa sumber menyatakan persentase keberhasilannya hanya 20% - 50% saja. Prosesnya pun tidak mudah, ada beberapa periode yang mengharuskan istri selama berhari-hari harus disuntik gonal yang lamanya tergantung kualitas telur si istri dan pada kasus ekstreem suami harus dibiopsi untuk diambil sel spermanya. 


Saya dan suami sepakat jika kita ingin ikut program bayi tabung itu, kita harus sudah punya persiapan yang mateng mulai dari waktu, biaya, mental dan pikiran serta tingkat keimanan, ketauhidan, kepasrahan, keikhlasan, dan kesabaran yang tinggi sehingga siap untuk menerima apapun hasilnya. Cara Allah memberikan hidayah kepada hambaNya untuk menjadi tamuNya tentu berbeda-beda. Proses yang kami lalui ini menjadi hidayah untuk kami melakukan ibadah umroh. In syaa Allah dengan umroh, hati kami lebih mantab dan siap untuk melanjutkan program hamil apapun yang nanti akan kami ambil. Mungkin secara ilmu kedokteran bayi tabung adalah alternatifnya, tapii saya yakin ilmunya Allah SWT lebih luas dari ilmu apapun dialam sejagad raya ini, tidak ada yang tidak mungkin jika Dia berkehendak. “Sesungguhnya urusanNya, apabila Dia menghendaki sesuatu dan Dia berkata jadi, maka jadilah sesuatu itu…” (Yaasiin: 82). Jadi tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak. 

Pucuk dicinta ulam pun tiba, tiba-tiba sodara kami mengirimkan sms tentang informasi umroh promo. Sempet ragu juga karena murah banget jika dibandingkan dengan umroh regular. Biaya paketnya sekitar Rp 12,800,000 – 16,300,000 tergantung kapan kita melakukan pendaftarannya. Sempet googling dan tanya sana sini tentang travel dan program promonya. Kami juga kepikiran daripada ikut promo regular untuk kami berdua sekita Rp 50jutaan, lebih baik ambil yang promo jadi kita bisa nawarin ibu dan ibu mertua untuk ikutan umroh bareng. Akhirnya bismillah… kami ambil paket umroh untuk ber-4, yang saat kita bayarkan rencana keberangkatannya adalah akhir Desember 2015. Resiko umroh promo itu adalah pembayaran yang harus dilakukan diawal satu tahun sampai 6 bulan sebelumnya; ketidakpastian waktu, yang nentuin kapan pastinya tanggal keberangkatan adalah travelnya bukan kita!! Travel akan memberikan kepastian waktunya 1 bulan sebelum keberangkatn; tambahan biaya jika nilai rupiah melemah aka nilai dollar meningkat; informasi pengumpulan dokumen yang mendadak.
Read More!

Pilihan Setelah Menikah, Beli Rumah atau Mobil Dulu Yah ?


Sudah lama sekali banyak hal yang ingin saya tulis diblog ini tapi tidak pernah kesampean. Keinginan selalu ada, tapi sayangnya mood tidak sejalan dengan keinginan hehehe….Sekitar 1,5 tahun lalu saya dan suami bingung ingin membeli rumah atau mobil terlebih dahulu? Apakah akan membeli cash atau kredit? Berapa lama jumlah uang yang dapat kami kumpulkan untuk bisa membeli salah satunya. Saat itu, walaupun kami memiliki keinginan untuk membeli rumah atau mobil bukan berarti tabungan kami sudah mencukupi untuk membeli secara cash mobil apalagi rumah :). Mungkin saat itu uang kami hanya dapat membayar DP 20%an saja jika kami memutuskan untuk membeli mobil. Tapi kami tidak segan untuk bermimpi dan mulai mencari cari harga-harga rumah dan mobil. Karena kami yakin mimpi dan sugesti pikiran kita dapat menjadi energi yang luar biasa untuk mewujudkan keinginan ataupun doa kita (prinsip quantum ikhlas).

Beberapa pertimbangan yang terpikirkan oleh kami jika membeli rumah terlebih dahulu: (1) Jika kredit tentunya akan ada tagihan cicilan setiap bulan selama minimal 5 sampai dengan 25 tahun (tergantung berapa lama jangka waktu yang akan kita ambil). Jika sudah ada fixed cicilan tiap bulan sampai segitu lamanya, berarti baru bisa nabung beli mobil setelah rumah lunas dong. (2) Membeli rumah kalo lokasinya strategis harga jualnya bisa naik, tapi sebaliknya jika lokasinya kurang strategis dijual pun akan sulit. (3) Rumah yang tidak segera ditempati biasanya akan ada yang lapuk. (4) Rumah bisa dikontrakin, tapi ketika dikontrakin bisa jadi rumah tersebut kotor tergantung dari si pengontraknya sih. (5) Orang tua masih sangat keberatan kami mengontrak apalagi pindah rumah, maklum nasib hanya 2 bersodara. Pertimbangan jika kami membeli mobil: (1) Mobilitas kami sangat tinggi, sedangkan kendaraan umum dan taksi diJakarta kurang bersahabat. Taksi kalo bukan blue bird pasti ada ajah resehnya yang bikin hati dongkol. (2) Cicilan mobil lebih sebentar 2 – 5 tahun jika dibandingkan dengan cicilan rumah. (3) Harga mobil bukan meningkat seperti rumah tapi malah akan menyusut setiap tahunnya. (4) Biaya perawatan mobil dan service berkala menjadi pengeluaran yang rutin, bukan menjadi investasi seperti rumah. (5) Dengan mobil transportasi untuk kemana-mana mudah, tidak keujanan dan kepanasan. Ya, kira-kira itulah beberapa pertimbangan saya saat galau ingin membeli rumah atau mobil terlebih dahulu. Karena kami merasa mobilitas kami cukup tinggi dan toh orang tua pun masih keberatan kami pindah rumah jadi kami memutuskan untuk membeli mobil terlebih dahulu. Alhamdulilah akhirnya sekitar 1 tahun tepat ulang tahun saya tahun lalu, kami bisa membeli sebuah mobil tanpa kredit. Mobil sederhana yang penting buat kami ada transportasi yang tidak keujanan dan kepanasan, bisa mengangkut lebih dari 4 orang supaya bisa pergi bareng-bareng keluarga, bukan mobil sejuta umat (istilah bapak saya untuk mobil umum yang biasa disewakan), dan yang paling penting mobil tersebut bisa masuk digang sempit rumah orang tua saya…hehehe… Dengan kondisi itu, nggak sulit untuk kami menemukan mobil yang pas. Cita-cita saya dari dulu sebenarnya ingin punya livina, tapi berhubung panjangnya nggak bisa masuk di gangannya jadi nggak bisa dijadiin pilihan sama seperti Rush atau innova yang pingin dijadiin alternatif tapi dengan terpaksa harus dicoret. Pinginnya beli jazz merah, tapi berhubung muatnya cuma 4 sampai 5 orang, jadi dicoretlaah dari pilihan. Freed pun sempat menjadi alternatif pilihan, tapi karena suami kurang suka dengan pintu sliding dan tempat duduknya, akhirnya pilihan jatuh ke Mobilio RS. 


Beberapa bulan terakhir lihat lihat lokasi rumah dan harganya, tiba-tiba saya bilang ke suami…mungkin dulu kita salah ambil keputusan, mungkin seharusnya kita dulu nggak beli mobil baru tapi beli mobil yang second. Kebetulan ada sodara yang membeli mobil livina second dengan harga 130jutaan. Saya bilang sama suami coba dulu kita beli mobil second uang yang keluar cuma 150jutaan, bisa saving 100jutaan untuk beli rumah. Baru siang tadi ketika cerita-cerita dengan teman dikantor yang punya pengalaman beli mobil second, saya merasa bahwa kami nggak salah ambil keputusan dengan membeli mobil baru. Berdasarkan pengalaman mereka biaya perawatan mobil second jauh lebih tinggi jika dibanding mobil baru. Malah biaya perawatannya bisa seperti beli kredit mobil baru yang tiap bulannya ada ajah part yang harus diongkosin. Mungkin mobil second bisa jadi alternatif pilihan untuk orang-orang yang mengerti mesin atau mengetahui dengan jelas siapa si empunya terdahulu.


Bulan ini tepat 1 tahun sejak mobil tsb kami beli, biaya yang harus dikeluarkan untuk pajaknya sekitar 3,5jutaan dan asuransinya 3,5 – 6,2 jutaan tergantung asuransi mana yang dipilih. Mungkin jika 1 tahun lalu saya membeli rumah terlebih dahulu pun saya akan tetap mengeluarkan biaya perawatannya (misalnya listrik, air apalagi jika rumah tersebut tidak ditempati). Jadi kesimpulannya beli rumah atau mobil duluan, kembali ke prioritas masing-masing. Apapun pilihannya pasti ada resiko dan manfaatnya masing-masing. Semoga tahun depan sudah bisa mendapatkan kunci cluster amiinnn allahuma amiin yra...
Read More!

Pengalaman Pertama Ikut Program Hamil - Injeksi Ovidrel

Woow udah lama sekali saya nggak pernah mampir meluangkan waktu untuk menulis di blog ini. Saya ingat betul terakhir kali update blog ini sekitar bulan Juni lalu pasca operasi laparaskopi endometriosis. Untuk kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman saya sekitar 2 tahun silam waktu pertama kali ikut program hamil di IVF Morula Bunda International. Sekitar akhir September 2013, 9 bulan setelah menikah saya merasakan sakit perut yang luar biasa hebatt sakitnyaa sampai-sampai maaf ke dubur. Saat itu, untungnya saya dan suami masih satu kantor, tanpa pikir panjang ketika jam istirahat kami langsung meluncur ke RS terdekat. RS Ibu dan Anak yang terdekat dengan Menara Duta tempat kami bekerja adalah RSU Bunda. Namun sampai disana ternyata dokter obygyn yang cewe baru akan praktek lagi jam 2….aishhhhh cam manalaah perut udah sakitnya tak terkira tapi masih harus menunggu sampai jam 2. Sebenernya sih ada yang sedang praktek saat itu, tapi dokternya cowo dan saya masih kurang sreg diperiksa sama dokter cowo. Susternya menginformasikan bahwa ada dokter cewe yang sedang praktek saat itu tapi di Bunda International yang letaknya hanya sekitar 100 meter dari RSU Bunda. Langsung meluncur kesana, ke bagian pendaftaran dan mengisi form dengan segala macam pertanyaan seputar tanggal nikah, masa subur, siklus, etc. Kira-kira sekitar 30 menit, saya dipanggil masuk dan bertemu dengan dokter Caroline. Dokternya putih perawakan chinese, ramah, dan komunikatif. Beliau langsung menyuruh saya duduk dikursi panas hehehe….tentunya langsung melakukan USG Transvaginal. USG Transvaginal adalah USG yang dilakukan dengan memasukkan alat ke dalam rahim yang dapat langsung melihat kondisi rahim pada layar monitor (ini pengertian USG transvaginal menurut saya yaah hehehe….untuk lebih jelasnya bisa tanya ke mbah google  ). Sambil mengeser alatnya didalam rahim saya, sambil menunjuk ke layar monitor dan menjelaskan kepada saya dan suami bahwa rahim saya bagus, tapi ada adenomyosis yang menyebabkan rasa nyeri haid yang tertahankan yang saya rasakan. Beliau jg menjelaskan bagian per bagian dalam rahim tersebut. Kemudian setelah pemeriksaan saya juga dijelaskan bagaimana proses kehamilan bisa terjadi dengan menggunakan alat peraga rahim. Dokternya hanya meresepkan Panadol biru untuk meredakan rasa nyeri saya, dan menyuruh kami datang lagi di hari ke-10. Setelah hari ke-10 kami datang lagi, seperti biasa dokternya langsung menyuruh duduk ngangkang di kursi panas untuk melakukan USG transvaginal. Dari USG tsb dokternya menjelaskan bahwa rahim saya bagus, telurnya juga bagus, malah ada 2-4 yang sudah hampir matang. Dokternya menjelaskan bahwa ketika telur itu matang dan langsung dibuahi, maka kemungkinan terjadinya pembuahan cukup besar. Dokternya lalu menawarkan kepada kami untuk diinjeksi ovidrel agar telur tersebut dapat matang dalam 1-2 x 24 jam. Setelah maksimal 2x24 jam dari proses injeksi kami disuruh untuk berhubungan secara terus menerus dalam 1-2 hari agar kemungkinan terjadinya pembuahan cukup besar. Mendengar penjelasan dokter, kami antusias tanpa berpikir panjang untuk diinjeksi. Sebelum dilakukan injeksi susternya memastikan terlebih dahulu bahwa saya tidak punya alergi obat. Sebelum diinjeksi, kita harus membayarnya terlebih dahulu…daaannn agak siyook pas bayar harga ovidrel tersebut 750rb belum termasuk konsultasi dokternya . Setelah membayar proses injeksi dilakukan oleh suster diruangan yang berbeda dengan ruang praktek dokter. Pas mau disuntikin agak-agak ngeri juga karena ternyata obat itu disuntikkin di perut bukan ditangan..hiks..hiks..hiks… Menurut penjelasan dokternya, jika kondisi rahim saya dan kualitas sperma suami bagus, maka kemungkinan proses pembuahan sangat tinggi. Dokternya sangat antusias dan bilang semoga bulan depan ibu dan bapak kesini lagi tinggal untuk pemeriksaan kehamilannya yah…. Yang ingin saya sampaikan dari cerita saya ini, untuk teman-teman yang baru menikah atau sudah lama menikah tetapi belum pernah melakukan program hamil (promil) mungkin cara ovidrel tersebut bisa menjadi alternatif untuk dikomunikasikan ke dokter tempat teman-teman mengikuti program kehamilan. Tentunya dapat dilakukan atau tidak hal tersebut sangat bergantung dari kondisi rahim dan sel telur yah. Jika teman-teman mau irit biaya konsultasi, ada baiknya untuk datang pada saat masa subur. Tapi jika ada yang tidak mengetahui kapan masa suburnya, maka lebih baik datang di hari ke-2 atau ke-3 saat menstruasi. Selamat berjuang, semoga bermanfaat dan saling mendoakan yaah semoga Allah SWT segera mengabulkan doa kita untuk mendapatkan keturunan yang soleh dan soleha….Amiiinnnn Allahuma Amiin.. Read More!

# Customized by : eKa daSwinDar ® Copyright June, 2011 Redesign Feb, 2014. All rights reserved #
} }